Hubungan
Pembeli-Penjual.
Hubungan pemasaran
(relationship marketing) adalah konsep yang meliputi interaksi antara pembeli
dan penjual pada suatu titik dimana beberapa hubungan atau kemitraan
dikembangkan untuk memberikan ruang transaksi kedepan. Tujuan hubungan
pemasaran adalah untuk mengembangkan dan melayani konsumen melalui kemitraan
atau hubungan pemasok dengan pembeli.
Hubungan
pembeli-penjual (buyer-seller relationships) adalah hubungan atau kemitraan
yang hams memiliki manfaat bagi kedua pihak. Hubungan tersebut berkembang
melalui pertukaran kemanfaatan bersama. Agar hubungan berlangsung, kerukunan
diperlukan, saling berinteraksi, periode pertukaran berkelanjutan diperlukan.
Hubungan adalah beberapa interaksi yang terjadi dalam kisaran waktu tertentu.
Hubungan antara dua kesatuan (kesatuan, dapat berupa organisasi, orang,
masyarakat atau bahkan negara), setiap kesatuan memiliki peran dan norma
perilaku yang diharapkan (Fournier 1998, Bhattacharya dan Bolton 2000, De Wulf
et al. 2001, Ross dan Robertson 2007 dalam Walz 2009).
Definisi utama hubungan
pembeli-penjual adalah sekurang-kurangnya terjadi satu kali interaksi ekonomi,
interaksi selanjutnya diharapkan terjadi sesuai dengan berjalannya waktu.
Interaksi adalah antar hubungan. Para pihak hams mengetahui indentitas satu
sama lain, para pihak harus meyakini bahwa hubungan itu ada,
kesaling-tergantungan. Definisi lain hubungan adalah para pihak harus berbagi
informasi, hams percaya satu sama lain, arus yakin hubungan itu ada, sekurang-kurangnya
ada satu kali interaksi ekonomi, para pihak harus mengetahui indentitas satu
sama lain (Walz 2009).
Beberapa faktor utama
yang menentukan hubungan pemasok-ritel modern menjadi terintegrasi adalah
commitment, conflict, conflict resolution, cooperation, trust (Maloni dan
Benton 1999). Bisnis membutuhkan mitra perusahaan lain yang memungkinkan untuk
berbagi biaya, berbagi resiko, meningkatkan kompetensi inti dan kecepatan untuk
sampai ke pasar (Reagan 2002). Derajat minimal kerjasama yang dibutuhkan untuk
suatu hubungan dan kerjasama yang lebih erat mencerminkan tingkat kepercayaan
dan saling membantu. Kesaling-tergantungan dipengaruhi oleh kelembagaan
persaingan, struktur pasar dan perilaku yang menentukan tersedianya pilihan dan
sumberdaya kekuatan posisi tawar mitra prospektif di pasar (Scott. 2004).
Hubungan pemasok-pembeli adalah dua atau lebih perusahaan melakukan kerjasama dan terlibat dalam berbagi informasi, penyelarasan keputusan dan pelurusan insentif yang bertujuan meraih kinerja super (Simatupang dan Sridharan 2005).
Hubungan pemasok-ritel modern dalam rantai pasokan dipengaruhi lima kekuatan eksternal, yaitu perilaku konsumen, perilaku pesaing, lingkungan sosial ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan kebijakan regulasi dan faktor-faktor internal yang mempengaruhi dan menentukan hubungan pemasok dengan ritel modern. Pemasok dan ritel modern melakukan perubahan aktivitas operasi dan pemasaran yang didukung teknologi informasi, sehingga kesaling-tergantungannya cenderung mengalami perubahan (Dunne dan Lusch 2005).
Dalam sebuah jaringan kerja rantai pasokan harus dibuat berdasarkan perhitungan serta memperhatikan dampak terhadap biaya persediaan, fasilitas dan proses. Diperlukan sebuah sistem informasi terpadu yang bertugas dalam pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi kepada setiap pemangku kepentingan (Daryanto 2007). Komitmen hubungan dan pengelolaan rantai pasokan sangat penting dalam meningkatkan kinerjanya (Baofeng 2007).
Ritel modern harus melakukan kemitraan lebih erat dengan pemasok dan harus membangun infrastruktur sebelum menerapkan konsep manajemen dan mendorong vertikalisasi serta integrasi rantai pasokan (Hanf 2008). Perusahaan memperbaiki kelemahannya mempergunakan manajemen hubungan kemitraan untuk memaksimumkan kinerja rantai pasokannya. Dengan berbagi sumberdaya informasi dan penggunaan e-process, perusahaan dapat meningkatkan keeratan hubungannya dengan mitra untuk meningkatkan daya saing dan dapat memaksimumkan kinerj a rantai pasokannya (Chou et al. 2011).
Dalam kaitan bisnis, kekuatan (power) dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu perusahaan (source) untuk mempengaruhi tujuan dan kegiatan perusahaan lain (target) (Maloni dan Benton 1999). Asimetri kekuatan atau ketidakseimbangan kekuatan adalah perbedaan dalam kekuatan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Hubungan asimetri kekuatan adalah hubungan dimana satu pihak memiliki kekuatan lebih besar daripada pihak lainnya dan terjadi ketidak-seimbangan serta berpotensi terjadinya konflik dan menghambat hubungan kerjasama usaha satu pihak dengan pihak lainnya (Casciaro dan Piskorski 2005 dalam Schepers 2007).
Terdapat hambatan dalam hubungan atau kemitraan, dimungkinkan karena satu pihak berupaya keras merealisasikannya. Namun pihak lain kemungkinan menghentikan kepercayaan (Dwyer, Schurr dan Oh 1987 dalam Mitrega 2009). Persekutuan strategis ritel modern dengan pemasok dapat mengantisipasi perubahan yang menghambat. Pentingnya membedakan persekutuan strategis dan operasional dalammenentukan kepercayaan dan komitmen dalam kolaborasi serta pengaruhnya terhadap kinerja rantai pasokan. Membangun kepercayaan dan komitmen dalam pekerjaan yang bermanfaat agar dapat membentuk persekutuan strategis rantai pasokan dan bermanfaat bagi mitranya (So dan Koo 2009).
Konflik pada umumnya menghambat hubungan pembeli dengan penjual, diantaranya yaitu berkaitan dengan lambatnya pembayaran, rendahnya kualitas produk atau jasa, persoalan komunikasi dan masalah yang berkaitan dengan ketidak-handalan hubungan atau kemitraan (Mitrega 2009).
Tipe-Tipe Hubungan
- Hubungan Yang Terjalin Karena
Transaksi
Dengan adanya perubahan waktu dan diikuti dengan
persaingan harga produk dari pesaing lain, biasanya pihak penjual memiliki cara
sendiri agar pelanggannya tidak pergi pada perusahaan lain, cara yang dilakukan
pihak penjual biasanya akan memberikan / mengajak kesepakatan dalam
bertransaksi misalnya dengan memberikan potongan harga kepada pelanggannya
- HUBUNGAN
KARENA STRATEGI PEMASARAN
Setelah meneliti target pasar mana yang akan dikuasai
pihak penjual akan melakukan berbagai macam strategi sehingga banyak pihak yang
tertarik akan produknya
Customer Relationship
Management (CRM)
Kosep Manajemen
Hubungan Pelanggan (CRM) berasal dari kosnep pemasaran hubungan (Relationship
Marketing) yaitu suatu konsep dimana perusahaan menjalin hubungan dengan
stakeholder perusahaan.Pada konsep Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM)
perusahaan hanya menekankan pada pelanggan karena dalam hal ini pelanggan
dianggap sebagai ujung tombak suatu usaha.
Seiring dengan perkembangan bisnis saat ini maka peran konsumen terus menerus mengalami perubahan, dimana dewasa ini konsumen semakin terlibat dalam komunikasi yang efektif dan eksplisit dengan perusahaan sebagai penghasil produk atau jasa. Yang lebih penting lagi, saat ini komunikasi tersebut tidak lagi dikendalikan oleh perusahaan. Konsumen secara individu dapat mengetahui perusahaan yang ia hadapi dengan pengetahuan mereka sendiri atau dari pengetahuan konsumen lain dari perusahaan tersebut.
Menurut Sheth, Parvatiyar dan Shainesh (2002:10) mengungkapkan bahwa CRM mempunyai tiga tipe program, yaitu Continuity Marketing, One to One Marketing dan Partnering Program. Ketiga program tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda yakni untuk pemakai akhir, pelanggan distributor, atau pelanggan business to business. Tabel 2. menyajikan berbagai tipe dan program Customer Relationship Management untuk tipe pelanggan yang berbeda. Perhatian yang besar untuk mempertahankan pelanggan telah menyebabkan banyak perusahaan berusaha mengembangkan Continuity Marketing Program yang ditujukan untuk mempertahankan pelanggan dan meningkatkan loyalitas mereka (Sheth, Parvatiyar, dan Shainesh, 2002: 11).
Bagi konsumen dalam pasar massal program ini biasanya berbentuk program kartu keanggotaan dan juga kartu loyalitas di mana konsumen sering diberi penghargaan yang dapat berupa layanan khusus secara individu, poin untuk upgrades, diskon, serta pembelian silang. Pelanggan yang loyal adalah salah satu tujuan akhir dari perusahaan, karena loyalitas pelanggan dapat menjamin kelanggengan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pada dasarnya loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai sebuah kesetiaan seseorang terhadap sesuatu hal.
Menurut Oliver (1997:392) loyalitas pelanggan adalah komitmen untuk bertahan secara mendalam untuk melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usahausaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Definisi Oliver tersebut dapat dikatakan bahwa pelanggan yang loyal mempunyai fanatisme yang relatif permanen dalam jangka panjang terhadap suatu produk/jasa atau suatu perusahaan yang telah menjadi pilihannya. Untuk menjadi konsumen yang loyal, seseorang harus melalui beberapa tahapan yang melalui suatu proses yang dapat berlangsung lama.
Hill (1996:60) menjelaskan bahwa tingkatan loyalitas terdiri dari enam tingkat dimulai tingkat Suspect hingga tingkat Partner.
1)
Suspect, meliputi seluruh pembeli produk
atau jasa yang ada di pasar dan tidak sadar atau belum ada keinginan untuk
membeli.
2)
Prospect, adalah pelanggan potensial
yang mempunyai ketertarikan terhadap perusahaan tetapi belum melakukan bisnis
dengan perusahaan tersebut.
3)
Customer, yaitu pembeli produk
perusahaan (bisa termasuk beberapa yang melakukan pembelian ulang) yang tidak
mempunyai sikap loyal terhadap perusahaan.
4)
Client, yaitu pelanggan yang berulang
yang telah memiliki sikap loyal terhadap perusahaan dan mendukung perusahaan
secara pasif
5)
Advocates, adalah klien yang secara
aktif mendukung perusahaan dengan cara merekomendasikan kepada orang lain.
6) Partners,
yaitu kemitraan dalam bentuk yang paling kuat dalam hubungan pelanggan-supplier
yang dijalankan oleh kedua pihak dan saling menguntungkan.

Komponen Manajemen Hubungan Pelanggan Manajemen hubungan Pelanggan memiliki 3 (tiga) komponen utama menurut Lukas (2006: 116-125) yang saling berintegrasi, yaitu:
Orang (People) Peran yang sangat penting dalam hubungan manajemen Pelanggan adalah orang atau manusia sebagai pelaksana. Di dalam dimensi manusia, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah seperti struktur organisasi, peran dan tanggung jawab, budaya perusahaan, prosedur, dari program change management secara menyeluruh. Perusahaan tidak boleh sama, sekali meremehkan pentingnya keterlibatan staf garis depan dalam membangun dan menjalankan program hubungan manajemen Pelanggan.
Proses (Process) Proses manajemen hubungan pelanggan (Lukas,2006: 8-19), adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi Sebuah perusahaan pertama kali sebaiknya melakukan identifikasi siapa pelanggan berdasarkan data yang ada yang dapat menguntungkan perusahaan dan mengapa dia menguntungkan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang pelanggan, seperti:
a. Firmagrafik, yaitu
informasi tentang pelanggan atau perusahaan yang melakukan bisnis dengan kita,
seperti misalnya : Indotimat, bidang, bisnis, kode pos, kode bisnis, jumlah
karyawan, penjualan tahunan.
b. Demografi dan
psikografi, terutama informasi yang menyangkut contact person (pelanggan,),
seperti umur, sex, dan pendekatan psikologis yang diinginkan.
c. Infografi, bagaimana
contact person menginginkan cara interaksi dalam mendapatkan informasi mengenai
dirinya. Pada tahap identifikasi ini bertujuan untuk menentukan kriteria secara
tepat siapa Pelanggan yang akan dibidik, lebih tepatnya who will be our most profitable consumers.
Perusahaan harus dapat mengimplementasikan pengetahuan (knowledge) tentang pelanggan ke setiap area di perusahaan tersebut, dan manajemen di level tertinggi sampai pada setiap pegawai yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Proses identifikasi ini ditujukan untuk mengenai lebih jauh mengenai pelanggan yang pernah dan akan berbisnis dengan kita. Jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk mengenali keunikan pelanggan sebagai suatu individu yang berbeda satu sama lain, maka perusahaan tidak dapat melakukan proses berikutnya. Inti dari hubungan manajemen Pelanggan pada tahap ini adalah memilah-milah dari sekian banyak pelanggan yang ada, pelanggan mana yang paling menguntungkan.
Diferensiasi (Differentiation) Pada tahap differensiasi ini perusahaan harus dapat mengsegmentasikan pelanggan berdasarkan tingkah laku, demografi, ekspektasi pelanggan, mengenali siapa pelanggan yang benar-benar profitable dan yang tidak profitable. Tidak seluruh pelanggan memberikan keuntungan, karena boleh jadi pelayanan dari produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan pelanggan. Secara sederhana pelanggan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu;
a. Most Valuable Customer (MVC) adalah pelanggan yang saat ini memberikan profit besar bagi perusahaan.
b. Most Growable
Customer (MGC) adalah pelanggan yang akan menjadi sangat berharga bila kita
mampu menjalin lebih banyak lagi bisnis dengan mereka (meski saat ini belum
begitu berharga).
c. Below Zero Customer
(BCZ) adalah pelanggan yang membuat rugi karena biaya untuk melayani mereka
lebih besar dan pendapatan yang diterima.
Pengelompokkan pelanggan menjadi berbagai kelompok ditujukan agar perusahaan dapat membuat strategi layanan dan memfokuskan energinya pada kelompok yang tepat. Perusahaan dapat membuat kritenia berdasarkan motivasi Pelanggan tersebut bagi perusahaan dan tempat tinggal, umur, ras, jenis kelamin, kebutuhan, keinginan, tingkah laku, pendapatan, dan sebagainya.
Interaksi (Interaction) Perusahaan harus dapat membuat rencana terbaik untuk berinteraksi dengan pelanggan kemudian membuat program kesetiaan pelanggan, cross selling, dan sebagainya. Setelah dapat membedakan para pelanggan berdasarkan kritenia yang telah ditentukan, maka proses selanjutnya adalah melakukan interaksi timbal balik antara pelanggan dengan perusahaan, sehingga perusahaan dapat mempelajari lebih lanjut dan mendalam mengenai keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan peran teknologi sehingga interaksi-interaksi terekam dengan baik.
Semakin lama interaksi
terjadi, semakin tahu satu sama lain, semakin enggan pelanggan pindah ke
pesaing karena berat untuk memulai hubungan baru. Interaksi dapat dilakukan
dengan e-mail, telepon, Fax, surat, tatap muka, dan sebagainya.
Personalisasi (Personalization Customization) Personalisasi yang dimaksud adalah membuat produk atau program memotivasi pelanggan yang disesuaikan dengan keinginan pelanggan secara terus menerus dengan menggunakan semua informasi yang telah didapat sebelumnya. Konsep Customer Relationship Management secara sederhana adalah memperlakukan pelanggan yang berbeda dengan cara yang berbeda. Filososfi yang lebih dalam adalah memperlakukan pelanggan dengan cara seperti apa yang ia inginkan. hubungan manajemen Pelanggan menyadari bahwa motivasi pelanggan berbeda-beda mewakili nilai perusahaan yang juga berbeda. Oleh karena itu pelanggan tidak boleh diperlakukan secara sama.
Jadi, tujuan CRM adalah mengenai pelanggan terbaik dan mempercayainya dengan meningkatkan pemahaman perusahan akan kebutuhan mereka secara individu, memenuhi harapan mereka terhadap perusahaan, dan membuat hidup mereka berubah. Dalam melakukan personalisasi, perusahaan dapat melakukan empat pendekatan, yaitu pertama, perusahaan berbicara dengan pelanggan untuk mengetahui kebutuhan mereka berdasarkan pilihan yang sudah ada. Kedua, perusahan menyediakan produk dasar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan tanpa intervensi dan pelanggan. Ketiga, perusahaan menyediakan produk dasar dan tambahan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, dan yang terakhir adalah perusahaan merubah barang atau layanan dengan cara mengamati pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya.
Teknologi (Technology) Hubungan manajemen Pelanggan terkait dengan teknologi tetapi sebaiknya tidak terlalu mengandalkan teknologi atau CRM karena tidak secara otomatis dapat menggantikan hubungan pelanggan dengan perusahaan. CRM merupakan suatu strategi yang mengintegrasikan seluruh proses dan memudahkan perusahaan mencari data, memilih serta mengakuisisi apa yang diinginkan dengan adanya hubungan antara front office dengan back office.
Tetapi, kita harus
melihat lebih dulu strutktur bisnis, perilaku Pelanggan, karyawan, maupun budaya
kerjanya, karena teknologi tidak dapat memecahkan persoalan begitu saja. Selama
ini persepsi orang terhadap CRM berbeda-beda. Orang teknologi berpendapat bahwa
teknologi adalah nomor satu dalam penerapan hubungan manajemen Pelanggan.
Sebaliknya, orang pemasaran atau konsultan mengatakan bahwa strategi pemasaran adalah yang utama dalam CRM. Senada dengan Lukas, (2004:32) mengatakan bahwa kunci sukses penerapan CRM adalah orang (karyawan), proses, dan baru kemudian teknologi. Orang adalah yang utama, jika kata-kata hubungan manajemen Pelanggan diperhatikan maka relationship is about people to people, hubungan antara orang dengan orang. inilah yang pertama. Kedua adalah proses yang berorientasi pada kepuasan dan loyalitas pelanggan. Misalnya, strategi sales, marketing, atau customer servicenya seperti apa. Ketiga, teknologi yang dibutuhkan, misalnya analitis, operasional, komputer, SMS (short message service), atau apa saja, yang penting teknologi dapat digunakan dengan fokus pada pelanggan dan mudah dalam penggunaanya. Pada akhirnya, semua upaya yang dilakukan hubungan manajemen Pelanggan tidak lain untuk membangun, meningkatkan dan mempertahankan pelanggan yang setia.
Metode
Untuk Mempengaruhi Konsumen Industri
- Presentasi
Penjual
Sebelum melakukan presentasi penjual akan mencari tahu
terlebih dahulu informasi tentang apa saja yang diinginkan oleh pembeli,
setelah mengetahui apa yang diinginkan maka dengan mudah pihak penjual akan
mempromosikan produk dengan berbagai service yang ditawarkan sehingga pihak
pembeli ingin mencoba produknya.
- Negosiasi
Dengan Pembeli
Salah satu cara yang akan dilakukan pihak penjual akan
memberikan/menjanjikan service yang terbaik didalam negosiasinya
- Informasi
Dalam negosiasi hal yang terpenting yaitu mencari tahu
informasi apa yang diinginkan pembeli dan penjual akan meyakinkan pembeli bahwa
perusahaannya memiliki kualitas terbaik dengan menunjukkan berita tentang
perusahaan tersebut yang pernah diterbitkan di koran, majalah atau lainnya
Kesepakatan
Khusus Antara Penjual Dan Pembeli
1) Reciprocity
yaitu asas timal balik
2)
Kesepakatan dengan pelanggan
Pelayanan Konsumen
Sangat mementingkan
pelayanan, waktu pengiriman & ketersediaan
Kesimpulan
Didalam hubungan pembelian dengan penjual terdapat interaksi antara pembeli
dengan penjual yang akan mengerucut pada tipe-tipe pembelian di pasar industri
dan akan mempengaruhi CRM atau Customer Relationship Manajemen. Lalu ada
berbagai metode untuk mempengaruhi konsumen industri untuk membeli produk. Setelah
itu akan muncul kesepakatan khusus antara pembeli dan pejual didalam pasar
industri dengan ditunjang pelayanan konsumen yang baik tentu akan menghasilkan
hasil yang baik.
Daftar pustaka
Martadisastra,Dedie S.
Arief Daryanto. Bustanul Arifin dan Endang Gumbira-Sa'id. PENGARUH PERSAINGAN DAN KEKUATAN PEMBELI
TERHADAP HUBUNGAN PEMASOK-RITEL MODERN DI JAKARTA. Jurnal Manajemen/Volume XVIII, No. 01,
Februari 2014: 19-35
MUNANDAR, DADANG. PENGARUH CUSTOMER
RELATIONSHIP MANAGEMENT TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN BISNIS PT. FRISIAN FLAG
INDONESIA BANDUNG. Majalah
Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1
Muchtar Ahmad. ANALISIS MANAJEMEN HUBUNGAN PELANGGAN