Pengertian
Produk Industri
Barang
industri (industrial’s goods) Barang industry merupakan suatu jenis produk yang
masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil
pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali.
Daur
Hidup Produk Industry
Daur
hidup produk (Product Life Cycle) merupakan perjalanan dari penjualan dan
keuntungan produk selama masa hidupnya (Kotler, 2000). Setiap produk yang
diciptakan dan dipasarkan pasti akan mengalami tahap daur hidup dan selalu
memiliki masa hidup yang berbeda-beda.
Konsep
daur hidup produk cenderung lebih berguna untuk perencanaan strategik dan
aktivitas-aktivitas pengendalian dibandingkan peyusunan ramalan/proyeksi jangka
pendek dan program pemasaran. Konsep daur hidup produk sangat baik digunakan
untuk menginterpretasikan dinamika produk dan pasar.
1)Tahap
Perkenalan
Tahap
pertama dalam daur hidup produk adalah tahap perkenalan. Ciri-ciri umum dalam tahap ini adalah produk
belum dikenal oleh konsumen sehingga membutuhkan biaya besar untuk perancangan,
pengujian, produksi, dan peluncurannya. Penjualan yang masih rendah, persaingan
yang masih relatif kecil, tingkat kegagalan relatif tinggi (Tjiptono, 2015).
Kebanyakan pasar sasaran belum mengetahui dan belum familiar dengan produk baru
yang bersangkutan. Ketersediaan produk masih sangat terbatas lingkupnya, volume
penjualan biasanya rendah dan pertumbuhannya lambat serta biaya promosi dan
pemasaran sangat tinggi.
Menurut
Kotler (2000), strategi pemasaran yang umum pada tahap perkenalan adalah
mengkombinasikan penetapan harga dan kegiatan promosi, strategi ini ada empat
bentuk antara lain :
(a) Strategi
Peluncuran Cepat (Rapid-Skimming-Strategy)
Peluncuran produk
dilakukan dengan menetapkan harga tinggi dan level promosi yang tinggi.
Penetapan harga yang tinggi artinya agar isa diperoleh laba kotor yang tinggi
per unit produk. Promosi yang tinggi artinya untuk menyakinkan konsumen tentang
nilai produk meskipun harga produk itu sendiri juga tinggi. Promosi ini untuk
mempercepat laju penetrasi pasar. Syarat-syarat keberhasilan strategi ini yaitu
sebagian besar pasar potensial belum menyadari kehadiran produk ini, mereka
yang hendak membeli mampu membayar dengan harga berapapun, dan agroindustri
menghadapi pesaing potensial dan ingin membangun preferensi atas mereknya.
(b) Strategi
Peluncuran Lambat (Slow-Skimming-Strategy)
Peluncuran produk baru
dengan penetapan strategi harga tinggi dan sedikit promosi. Strategi harga
tinggi agar diperoleh laba kotor yang tinggi, sedangkan promosi yang sedikit
dilakukan agar biaya pemasaran tidak terlalu besar. Strategi ini berhasil
apabila luas pasar terbatas, sebagian besar pasar menyadari kehadiran produk
ini, pembeli bersedia membeli harga yang tinggi serta persaingan potensial tidak
tampak.
(c) Strategi
Penetrasi Cepat (Rapid-Penetration-Strategy)
Strategi penetrasi
dilakukan dengan menetapkan harga yang rendah dan promosi yang besar-besaran.
Strategi ini ditujukan agar menghasilkan penetrasi atau penerobosan pasar yang
cepat. Strategi ini dapat berhasil apabila ukuran pasar sangat luas, pasar
tidak menyadari kehadiran produk, kebanyakan pembeli sangat peka terhadap
harga, ada indikasi persaingan yang hebat di pasar, dan harga pokok produksi cenderung menurun
mengikuti peningkatan skala produksi.
(d) Strategi
Penetrasi Lambat (Slow-Penetration-Strategy)
Peluncuran produk dilakukan dengan
penentuan harga rendah dan promosi rendah. Strategi ini dilakukan dengan
analisis yang mendasari keyakinan bahwa harga sangat peka bagi konsumen sedangkan
promosi kurang berpengaruh dalam merubah situasi pasar. Strategi ini dapat
berhasil apabila pasar sangat luas, pasar sangat menyadari kehadian produk,
pasar sangat peka terhadap harga, serta hanya sedikit persaingan potensial.
2)
Tahap Pertumbuhan
Dalam
tahap pertumbuhan, produk mulai dikenal konsumen. Produk tersebut telah dicoba
dan masalah-masalah yang muncul pada tahap perkenalan sudah diatasi (Kotler,
2000).
3)
Tahap Kedewasaan
Pada
tahap kedewasaan penjualan mencapai titik tertinggi atau puncak, pertumbuhan
pasar mulai melambat dan cenderung menurun serta persaingan di pasar juga
meningkat (Tjiptono, 2015). Jadi, banyaknya jumlah pesaing dalam agroindustri
menyebabkan persaingan harga tak terkalahkan dan sat per satu para pesaing yang
lemah mulai tersingkir.
Menurut
Kotler (2000) tahap kedewasaan dibagi dalam tiga fase. Fase pertama yaitu kedewasaan tumbuh, tingkat pertumbuhan penjualan
mulai turun, tidak ada saluran distribusi baru yang dapat diisi, dan beberapa
pembeli yang terlambat masih memasuki pasar. Fase kedua yaitu kedewasaan stabil, penjualan menjadi datar dalam
basis per kapita karena kejenuhan pasar, sebagian besar konsumen potensial
telah mencoba produk itu, dan penjualan masa depan ditentukan oleh pertumbuhan
populasi dan permintaan pengganti. Fase
ketiga yaitu kedewasaan menurun, tingkat penjualan absolut mulai menurun,
pelanggan mulai beralih ke produk itu, dan pelanggan beralih ke produk
substitusinya.
4)
Tahap Penurunan
Dalam
tahap penurunan penjualan mengalami penurunan karena produk tersebut sampai
pada titik kejenuhan. Penurunan volume penjualan disebabkan dari perubahan
selera konsumen, produk substitusi mulai diterima konsumen, atau perubahan
teknologi (Tjiptono, 2015)
Difusi
Inovasi
Difusi
Inovasi. Pada dasarnya, Teori Difusi Inovasi menjelaskan proses bagaimana suatu
inovasi dikomunikasikan lewat channel tertentu sepanjang waktu kepada anggota
kelompok dari suatu sistem sosial. “Diffusion is the process by which an
innovation is communicated through certain channels over time among the members
of a social system.” (Rogers, 1983:5). Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam
proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: Inovasi, Saluran
Komunikasi, Jangka Waktu, dan Sistem Sosial.
Inovasi
adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.
Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif, menurut pandangan individu yang
menangkapnya. Saluran komunikasi adalah ‘alat untuk menyampaikan pesan-pesan
inovasi dari sumber ke penerima. Untuk menyamakan persepsi, perlu diketahui
definisi komunikasi menurut (Rogers, 1983:17), yaitu “as the process by which
participants create and share information with one another to reach mutual
understanding”, atau suatu proses di mana orang yang terlibat di dalamnya
menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain agar terdapat penyamaan
persepsi. Hal yang terpenting dalam difusi adalah adanya pertukaran informasi
antara satu orang dengan lainnya atau lebih untuk mengomunikasikan ide baru
tersebut.
Saluran
komunikasi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap seberapa besar efek
dari pertukaran informasi tersebut sehingga diperlukan ketepatan dalam memilih
atau menggunakannya. Kondisi kedua belah pihak yang akan bertukar informasi pun
perlu diperhatikan karena memengaruhi keefektifan penyampaian pesan. Menurut
Rogers ada dua saluran komunikasi yang dapat digunakan, yaitu media massa dan
interpersonal.
Waktu
merupakan pertimbangan yang penting dalam proses difusi. Dimensi waktu terdapat
dalam (1) proses pengambilan keputusan inovasi, (2) relatif lebih lambat atau
lebih lambatnya seseorang dalam menerima inovasi, dan (3) kecepatan
pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. Pengambilan keputusan inovasi adalah
proses mental sejak individu mulai mengenal suatu inovasi sampai Inovator (Innovators).
Inovator
adalah individu yang secara aktif mencari informasi mengenai ide baru. Mereka
memiliki tingkat yang cukup tinggi terpapar oleh media massa dan memiliki
jaringan yang luas hingga di luar lokal sistem mereka. Menjadi seorang inovator
memiliki beberapa syarat.
Pengadopsi
Awal (Early Adopters). Pengadopsi awal ini biasanya lebih berbaur dengan
anggota sistem sosial lainnya dibandingkan para inovator. Pengadopsi kategori
ini memiliki peran sebagai pemuka pendapat dalam sistemnya.
Mayoritas
Awal (Early Majority). Kelompok ini mengadopsi ide sebelum rata-rata anggota
sistem lain mengadopsinya. Mereka memiliki interaksi yang kuat dalam
lingkungannya, tetapi jarang memegang peranan sebagai pemuka pendapat. Mereka
berada di posisi yang unik, yaitu berada di antara pengadopsi awal dan
pengadopsi akhir memutuskan
untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu.
Adopsi
adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak
yang paling baik. Masa pengambilan keputusan inovasi adalah jangka waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pengambilan keputusan inovasi.
sehingga menjadi jembatan bagi keduanya dalam proses difusi.
Mayoritas
Akhir (Late Majority). Kelompok pengadopsi akhir ini mengadopsi sebuah inovasi
setelah rata-rata anggota kelompok mengadopsinya. Hal inipun biasanya
dikarenakan kebutuhan ekonomi atau tekanan dari lingkungannya. Mereka memandang
inovasi dengan lebih skeptis dan berhati-hati sehingga mereka baru akan
mengadopsinya setelah sebagian besar sistem telah melakukannya.
Terlambat
(Laggards). Kelompok ini adalah yang paling terakhir dalam mengadopsi sebuah
inovasi. Penolakan kelompok ini mungkin diakibatkan cara berpikir mereka yang
masih berorientasi pada masa lalu dan memiliki sedikit sumber informasi
sehingga harus memastikan sebelum mereka mengadopsinya, ide baru atau inovasi
tersebut tidak akan gagal. Sistem sosial adalah kumpulan unit yang berbeda
secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Difusi
terjadi dalam suatu sistem sosial. Struktur dari sistem sosial tersebut akan
berpengaruh pada difusi inovasi dan juga hal lain yaitu norma, peran dari tokoh
masyarakat dan agen perubah, tipe dari keputusan inovasi, dan konsekuensi dari
inovasi itu sendiri. Halhal tersebut diatas melibatkan hubungan antara sistem
sosial dan proses difusi yang terjadi di dalamnya (Rogers, 1983).
Proses
Pengembangan Produk
Perusahaan
saat ini sudah semakin meningkat kesadarannya mengenai pentingnya proses
pengembangan produk baru. Agar proses pengembangan produk baru tersebut dapat
dijalankan dengan baik bagi perusahaan, maka ada delapan tahap dalam proses
besar ini yang dikemukakan oleh Kotler (1990), yaitu:
1.
Penciptaan
Gagasan
Proses pengembangan produk baru dimulai
dengan penggalian gagasan. Sesungguhnya gagasan mengenai produk baru bisa
digali dari berbagai pihak, antara lain:
a)
Pelanggan
Kebutuhan
dan keinginan pelanggan merupakan tempat yang sangat logis untuk pencarian
gagasan produk baru. Perusahaan dapat mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan
pelanggan melalui riset pemasaran, laporan penjualan, diskusi kelompok pengguna
dan dengan mendengarkan keluhan tentang kinerja produk sekarang. Dengan
demikian, maka perusahaan akan menyadari bahwa perlunya perbaikan terhadap
produk sebelum perusahaan lain menyadarinya.
b)
Ilmuwan
Perusahaan
juga tergantung pada para ilmuwan, perancang dan pegawai lain untuk mendapatkan
gagasan-gagasan produk baru. Perusahaan yang berhasil telah membentuk suatu
budaya perusahaan yang mendorong para pegawai untuk mencari cara baru untuk
memperbaiki produksi, produk dan pelayanan perusahaan. Perusahaan dapat memberikan
semacam hadiah bagi mereka yang dapat memberikan gagasan yang terbaik.
c)
Pesaing
Perusahaan dapat menemukan gagasan-gagasan
yang baik dengan meneliti produk dan pelayanan pesaing mereka. Perusahaan dapat
belajar dari para distributor, wiraniaga dan pemasok tentang apa yang sedang
dilakukan oleh para pesaingnya. Mereka dapat membeli produk pesaing dan kemudian membongkarnya, untuk kemudian
membuat produk yang lebih sempurna.
d)
Saluran Pemasaran (sales dan distributor perusahaan)
Misalnya
saja sales dan distributor produk yang bekerjasama dengan para
pelanggan-pelanggannya yang bisa sangat membantu untuk menyarankan modifikasi
produk atau perluasan lini produk. Kelompok ini merupakan tangan pertama dalam
menampung kebutuhan dan klaim dari konsumen. Hal ini dimungkinkan karena
kelompok ini menghadapi langsung keluhan dan kebutuhan pelanggan.
e)
Manajemen Puncak
Manajemen
puncak juga merupakan salah satu sumber dari gagasan-gagasan produk baru bagi
perusahaan. Akan tetapi peran manajemen puncak di sini bukanlah untuk menemukan
produk baru tetapi memungkinkan orang lain untuk menemukan gagasan-gagasan baru
dan menjalankannya.
2.
Penyaringan
Gagasan
Pada
tahap ini perusahaan menyaring dan menilai gagasan guna menentukan yang terbaik
untuk dikembangkan. Dalam tahap ini pula, terdapat dua kesalahan yang harus
dihindari, yaitu:
a)
Kesalahan membuang (Drop error), jenis kesalahan ini terjadi apabila ternyata
perusahaan membuang ide yang sebenarnya baik.
b)
Kesalahan jalan terus (Go error), yaitu sebaliknya dari drop error, dimana
kesalahan ini terjadi jika perusahaan ternyata meloloskan gagasan yang
sebenarnya tidak baik ke tahap berikutnya.
Tahapan
ini mempunyai tujuan utama, yaitu memilih dan membuang gagasan yang tidak baik
seawal mungkin, sebab biaya pengembangan produk akan semakin meningkat sejalan
dengan semakin jauhnya proses yang terjadi.
Pada
tahap ini diuraikan dan dijelaskan apa dan bagaimana produk tersebut, siapa
target marketnya, tingkat persiangan, perkiraan pasar tentang luasnya pasar,
kapan dan berapa biaya pengembangan yang diperlukan, biaya produksi, serta
tingkat keuntungan yang sekiranya akan diperoleh. Namun meskipun
variabel-variabel tersebut menunjukan nilai yang positif, tetapi menjadi
keharusan untuk menganalisa apakah produk tersebut sejalan dengan tujuan,
strategi dan seluruh sumber daya perusahaan yang ada.
3.
Pengembangan
dan Pengujian Konsep
Ide
yang lolos dari tahap penyaringan kemudian dibuat konsep produknya. Konsep
pengembangan produk ini perlu dilakukan karena hakikatnya konsumen tidak
membeli gagasan produk.
4.
Strategi
Pemasaran
Langkah berikutnya adalah strategi pemasaran.
Dalam hal ini pemimpin harus menyusun suatu konsep permulaan strategi pemasaran
untuk memperkenalkan produk- produk baru di pasar.
Strategi pemasaran ini
mencakup tiga bagian pokok, yaitu:
a)
Bagian pertama, menyatakan rencana penempatan (positioning) produk tersebut,
hasil penjualan, bagian pasar serta sasaran keuntungan selama beberapa tahun
yang akan datang.
b)
Bagian kedua, memuat perincian harga produk, strategi saluran distribusi dan
anggaran pemasaran selama tahun pertama.
c) Bagian ketiga, mengungkapkan sasaran jangka
panjang dalam penjualan, keuntungan serta strategi bauran pemasaran.
5. Analisis Bisnis
Setelah
pengembangan konsep produk dan strategi pemasaran diterapkan, kita dapat
mengevaluasi berapa besar daya tarik bisnis dari suatu usulan. Tetapi hal ini
masih belum cukup, karena masih harus diikuti dengan perhitungan proyeksi
penjualan, biaya dan keuntungan yang akan diperoleh untuk menetapkan apakah
variabel-variabel ini dapat memuaskan target yang ditetapkan oleh perusahaan.
6.
Pengembangan
Produk
Setelah konsep produk melewati proses
analisis bisnis dan dari segi bisnis dikatakan layak untuk diteruskan, maka
selanjutnya kita masuk kedalam tahap perekayasaan untuk analisis bisnis
dikembangkan secara fisik dibagian produksi. Di bagian ini akan dibuat contoh
produk (product prototype) dan diharapkan dapat memenuhi tiga persyaratan
sebagai berikut:
a)
Prototype harus dilihat oleh konsumen sebagai suatu perwujudan atribut-atribut
pokok dari konsep produk yang telah dinyatakan sebelumnya.
b)
Prototype harus digunakan dengan aman pada pemakaian kondisi normal.
c)
Prototype harus dibuat atau diproduksi sesuai dengan biaya yang telah
dianggarkan.
7.
Uji Coba Pemasaran
Pada
tahap ini perusahaan membuat produknya dalam jumlah yang terbatas dan
memasarkan produk tersebut pada pasar yang terbatas pula. Sasaran pokok pada
pengujian pasar adalah untuk mempelajari dan mengetahui bagaimana reaksi
konsumen dan penyalur terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, apakah
konsumen dapat terpuaskan kebutuhan dan keinginannya, sehingga konsumen
melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Keuntungan yang diharapkan
dengan melakukan uji coba ini, yakni perusahaan dapat memperoleh masukan dalam
memasarkan produknya dan menelusuri masalah-masalah yang mungkin timbul sebelum
perusahaan terlanjur mengeluarkan biaya yang besar saat melakukan produksi
secara penuh.
Tidak
semua perusahaan melakukan uji coba pemasaran. Dan dalam hal ini terdapat empat
hal atau kan konsep produk. Dan berbagai konsep produk yang ada kemudian
dilakukan pengujian lalu dipilih konsep yang paling tetap.
Alasan mengapa perusahaan tidak melakukan
uji coba pemasaran, yaitu:
a)
Permintaan akan produk ini tidak berlangsung lama atau takut pesaing akan
meniru produk perusahaan.
b)
Volume penjualan dan keuntungan yang diperkirakan kecil, sehingga tidak mampu
untuk menutupi biaya yang akan digunakan untuk uji cuba pemasaran.
c)
Sifat pembelian produk ini tidak berlangsung terus menerus.
d)
Produsen yakin produk ini akan sukses.
Luasnya
pengujian pasar harus diadakan bergantung pada dua segi, yaitu biaya dan risiko
penanaman modal di satu pihak, serta keterbatasan waktu dan biaya. Jadi bagi
produk baru memerlukan penanaman modal dan tingkat risiko yang tinggi jelas
memerlukan adanya uji coba pemasaran.
8.
Komersialisasi
Uji
coba pemasaran diharapkan akan memberikan informasi yang cukup untuk keputusan
yang berikutnya, apakah akan meluncurkan produk baru atau tidak. Pada tahap
terakhir ini diharapkan perusahaan telah mendapatkan gambaran yang cukup jelas
mengenai prospek yang akan dihadapi oleh produk baru, tetapi sebelum kita
memasarkan produk tersebut, terdapat empat hal yang harus diputuskan, yaitu:
a)
Kapan (Waktu) Perusahaan harus mencari waktu yang tepat untuk meluncurkan
produk baru tersebut.
b)
Di mana (Strategi Geografis) Perusahaan harus memutuskan apakah akan memasarkan
produk baru secara regional, nasional atau internasional.
c) Kepada Siapa (Target Pasar) Perusahaan
harus menetapkan siapa kelompok pembeli potensial terbaik (segmen pasar) yang
akan dijadikan sasaran promosi dan program distribusinya.
d)
Bagaimana (Strategi Pasar Paparan) Perusahaan harus menyusun suatu rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan di pasar.
Setelah
perusahaan dapat memutuskan empat persoalan pokok diatas, maka jelaslah kiranya
bagi perusahaan untuk melakukan suatu proses pengembangan produk, agar tujuan
perusahaan dalam melakukannya dapat tercapai dengan baik.
Pengujian
Konsep Produk Baru
Pengujian
konsep. Pada tahap pengujian konsep ini yang terlibat bagian quality control,
production operation manager, production planning and development manager.
Konsep ide diuji pada tahap ini dengan mendapatkan input dari konsumen mengenai
manfaat dan harga yang cocok untuk produk. Perusahaan juga melakukan survey
untuk mengetahui potensi pasar dan melihat daya beli konsumen terhadap
munculnya produk. Waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini singkat kurang lebih
satu minggu untuk pengujian. Perusahaan tidak mengalami hambatan pada tahap
ini. Namun ada hambatan atau kendala yang mungkin seperti harga yang tidak
cocok dengan pasar karena terlalu rendah harga yang diminati pasar.
Pengembangan
Produk Strategis
Beberapa
ahli menyatakan pendapatnya mengenai pengertian pengembangan produk, seperti
menurut Kotler dan Keller (2002:392) pengembangan produk adalah usaha
perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan pengembangan produk baru atau yang
diperbaiki untuk pasar. Sedangkan definisi pengembangan produk menurut Fandy
Tjiptono (2008:118) mengatakan pengertian produk baru meliputi produk orisinil,
produk yang disempurnakan, produk yang dimodifikasi, dan merek baru yang
dikembangkan melalui usaha riset dan pengembangan. Sejalan dengan Fandy
Tjiptono, menurut Cannon dan Wichert dalam Buchari Alma (2002: 99) menyatakan
bahwa pengembangan produk adalah pengembangan pada semua kegiatan yang
dilakukan oleh pabrikan atau produsen dalam menentukan dan mengembangkan
produknya,memperbaiki produk lama, memperbanyak keguanaan dari produk yang
sudah ada dan mengurangi biaya produksi dan biaya pembungkus.
Perpanjangan
VS Adopsi
Proses keputusan pelanggan bersifat binar ( adopsi atau
tidak adopsi )
Asumsi ini dilemahkan pada beberapa model bahwa proses
keputusan multistage diaman biasanya pelanggan berawal dari saru tingkat ke
tingkatlainnya sepanjang waktu.
Pada awal penjualan, jumlah konsumen yang mengadopsi
produk baru lebihkecil dibandingkan dengan jumlah market potensial produk
tersebut, karenaadanya percepatan pada penjualan semakin banyak penularan
sehingga penjualan menjadi meningkat. Pada akhirnya jumlah konsumen
yangmengadopsi menjadi sama jumlahnya dengan jumlah market potensial atau
bahkan lebih besar sehingga pasar terpenuhi dan penjualan semakin lambat
Penentu
Kinerja Produk Baru dan Ketepatan Waktu
Kinerja
Produk Kinerja produk adalah suatu nilai, fungsi atau hasil yang diperoleh dari
suatu barang atau jasa. Konsumen akan membeli suatu barang atau jasa akan
melihat nilai dan fungsi yang akan mereka dapatkan dari produk tersebut.
Menurut Kotler (2005 : 351) sebagian besar produk dibangun menurut salah satu
dari empat level kinerja : rendah, rata-rata, tinggi dan ungul. Mutu kinerja
adalah level berlakunya karakteristik dasar produk, atau mengacu pada level
dimana karakteristik dasar produk itu beroperasi. Seberapa baik produk dapat
mengimplementasikan fungsi-fungsi yang ditugaskan terhadap suatu produk (Urich
2001 : 179)
Ketepatan
Waktu
Tepat
waktu didefinisikan sebagai suatu pemanfaatan informasi oleh pengambilan
keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atau kemampuan untuk
mengambil keputusan. Oleh karena itu suatu informasi dikatakan tidak relevan
jika tidak disampaikan tepat waktu. Informasi terus tersedia untuk pengambilan
keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi
pengammbil keputusan (Chariri dan Ghozali, 2001). Ketepatan waktu
mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu
interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mempengaruhi
pemakai innformasi dan membuat prediksi dan keputusan.
Ketepatan
waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan
serta frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu mempengaruhi
kemampuan manajemen dalam merespon setiap kejadian dan permasalahan. Apabila
informasi itu tidak disampaikan dengan tepat waktu menyebabkan informasi
tersebut kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan informasi
tepat waktu jjuga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi
dalam lingkungan kerja merek
Kesimpulan :
Dalam Strategi produk dan pengembangan produk baru terdapat subbab-subbab dimana arus mengerti apa itu produk industri. bagaimana daur hidup produk industri. difusi inovasi yang terdapat dalam pengembangan produk. lalu proses pengembangan produk dan pengujian konsep produk baru. pengembangan produk strategis dan perpanjangan vs adopsi. lalu penentu kinerja produk baru dan ketepatan waktu.
Daftar Pustaka:
Alkurni, Wais dan Sri Zuliarni. 2014. ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK
BARU DALAM RANGKA MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS (Kasus Pada MM. Cake &
Bakery Pekanbaru). Jom
FISIP Volume 1 No.2 Oktober 2014
Cahyati, Indah
Fajar. N.Lubis, dan Hari
Susanta. 2014. ANALISIS
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK PADA BATIK SEMARANG (
Studi Kasus Pada Batik Semarang).
D, RIZKY
FITRIANINGSIH. 2018. ANALISIS
DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN TAPIOKA DI PROVINSI LAMPUNG
Pratiwi, Sintia Dewi dan Lilis Suriani. 2017. STRATEGI PEMASARAN PRODUK RANGKA
ATAP BAJA RINGAN PADA PT. HARI REZEKI KITA SEMUA PEKANBARU Jurnal Valuta Vol. 3 No 2, Oktober 2017
Rusmiarti, Dewi Ariningrum. 2015. ANALISIS DIFUSI INOVASI DAN
PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA PADA ORGANISASI BIROKRASI. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Vol. 6 No. 2 November 2015 Hal.: 85 – 100
Saparso dan Jesfer. 2010. PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN DAN
KINERJA PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10,
No. 1, Januari 2010: 31 - 46
Suryanto, Joko dan Indra Pahala. 2016. ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN DAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA). Volume
11, No.2, Tahun 2016
Wijaya, Wirawan
Surya dan Ronny H. Mustamu.
2013. ANALISIS
PENGEMBANGAN PRODUK PADA PERUSAHAAN TEPUNG TERIGU DI SURABAYA. AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)
No comments:
Post a Comment